Senin, 30 Mei 2011

Hari Tanpa Tembakau


Hari ini peringatan hari tanpa tembakau, tapi tak ada bedanya seperti hari-hari yang lain. Fasum masih penuh sesak dengan asap-asap tak bertanggungjawab.

Pagi tadi, aku brangkat ke Surabaya dengan menaiki bus Scala, bus ekonomi jurusan Jember Surabaya. Dalam keadaan pilek dan hidung setengah mampet, aku masih bisa merasakan keberadaan asap rokok. Menyebalkan memang dengan melihat tangan-tangan dari kondektur dan supir dengan leluasa memegang batang makruh itu.

Seandainya putung-putung rokok itu tak di buang oleh penghisapnya entah berapa kotak dan berapa putung rokok yang telah ia habiskan. Apakah mereka menyadari? Sudah begitu banyak batang keluar masuk dari bibir kelamnya.

Aku adalah salah satu pembenci batang makruh itu. Menghisap asapnya saja sudah seperti tercekik, gak bisa napas lalu terbatuk berkepanjangan. Kok ya kuat dalam hati aku menggumam.

Berandai-andai lagi yuk...seandainya saja putung rokok tadi dihitung, lalu dikalikan dengan nominal harga rokok, sudah berapa rupiah yang ia habiskan untuk rokok? Pernakah ia berfikir bahwa kebutuhannya tidak sekedar hisapan rokok dari hari ke hari. Ia pasti punya keluarga. Apakah ia sudah bisa mencukupi pengeluaran keluarga, baik itu sehari-hari, minggu, bulan bahkan tahun?

Ironis sekali kalau ia bisa menghisap rokok sebanyak yang ia mau namun anak-anak mereka justru hidup di jalan dengan alasan tak bisa lagi sekolah karena tak ada biaya.

di hari tanpa tembakau ini masih banyak orang-orang yang tak sadar telah membakar uangnya lalu menjadikannya asap yang tiba-tiba menghilang.

Sadarkanlah kawan, saudara, suami, istri, atau kerabat disekitar kita tentang arti kesehatan dan keuangan (alasan kedua bisa digunakan untuk para mereka yang masih merasa kekurangan).