Minggu, 13 Juni 2010

Marriageable


Aku mencoba bersabar ketika banyak orang bertanya ‘kapan kmu menikah?’
Jawaban andalanku adalah ‘jika saatnya tiba’.
Lalu banyaklah wejangan dari mereka yang telah menikah dan orang yang lebih tua tak kalah juga yang senasib dengan ku (gak salah tuh melontarkan wejangan?).
Aku hanya menimpali dengan tersenyum.
Lalu aku beropini kepada mereka, kecuali kepada orang yang lebih tua (takut pamali euy), ‘Saat Allah mengatakan NOW aku harus menikah maka tiada satupun yang akan menghalanginya, namun saat Allah mengatakan NOT NOW bagaimanapun usaha kita ketika tidak ada ridho Allah maka hal itu tidak akan terjadi’
Alhamdulillah sedikit membisukan mereka.
Rencana Allah buatku ada skenario yang sangat indah. Kita tidak bisa membaca hadiah yang Ia berikan di masa yang akan datang. Mungkin karena pahamku yang demikian membuatku tak kebakaran jenggot ketika pertanyaan yang menggodaku terlontar.
Banyak yang mengatakan ‘Ingat umur’ artinya sebagai wanita memang harus memikirkan usia saat kita menetapkan kapan kita harus menikah. Ada yang mengatakan wanita itu bak Susu ia mempunyai expired date. Ini menjelaskan lagi bahwa menikah harus mempunyai keturunan. Sekali lagi aku mencoba membandingkan hitungan manusia dan Allah, maaf, umumnya cewek diatas usia 30 memang rentan untuk melahirkan namun -sekali lagi- ketika Allah mengatakan kmu mampu maka nenek-nenek usia 60 tahun pun bisa meminjamkan rahimnya untuk cucu tercintanya. Saat kalian semua masih mengatakan menikah untuk mempunyai keturunan cobalah membaca salah satu produk nya Ninit Yunita yang berjudul TEST PACK. Bagaimana ketika suami atau bahkan istri dinyatakan INVERTIL?
Banyak teman cowokku mengatakan ‘cepatlah menikah biar gak banyak dosa’. Aku mungkin hanya tertawa kecil menanggapi alesan yang satu ini. Sekarang pertanyaanku ‘memangnya kalau sudah menikah tidak bisa melakukan dosa?’
Saya lebih mau berkompromi untuk yang melontarkan untuk melengkapi ½ dari agama untuk tujuan menikah. Maaf untuk kali ini aku tidak berani berkomentar.

Sharing of Joy


Ada sebuah pertanyaan yang harusnya kulontarkan sejak lama ‘siapa yang tau apa korelasi dari tanggal lahir dengan traktiran?’ seorang teman mangatakan bahwa ulang tahun itu identik dengan senang-senang. Masih belum menjawab pertanyaan yang ada di otakku.

Dia pun menjelaskan bahwa ketika kita berulang tahun harusnya kita senang karena usia kita diperpanjang dengan begitu kita harus merasa senang. Untuk merayakan kesenangan itu dengan traktiran.

Apakah itu wajib? Aku bertanya lagi.
Itu hanya budaya jawab nya singkat.

Ketika aku masih sekolah sampai kuliah mungkin masih menganut budaya diatas. Ulang tahun = traktir teman-teman. Namun saat itu aku tidak merasakan sisi lain dari budaya tersebut karena saat itu aku hanyalah tangan yagn berada dibawah tangan orang tua. Sedang saat ini aku baru merasakan bahwa ada yang salah dengan budaya itu ketika merasakan begitu susahnya untuk mencari serpihan-serpihan rupiah.

Meski agak telat setidaknya aku bersyukur disadarkan oleh Allah. Mengapa aku mengatakan budaya itu salah, satu karena Nabi tidak menganut budaya itu, kedua pada saat kita berulang tahun harusnya kita introspeksi diri. Mengapa harus mengintrospeksi diri? Karena Allah memberikan kesempatan buat kita menghitung kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan lalu ketika Allah masih memberikan waktu untuk kita menghirup dunia ini berarti kita masih diberikan waktu untuk menebus dosa-dosa yang pernah kita lakukan.

Seorang teman masih tetep kekeuh mengatakan ‘nah itu berarti kita harus bersyukur?’
‘Memang’
‘Traktiran itu merupakan ekspresi dari bersyukur, dengan berbagi kita juga bersyukur kan?’

Tak ada yang salah dengan ungkapan temanku itu. Sekarang aku akan sedikit berkomentar untuk kata ‘BERBAGI’, buatku berbagi itu saat kita mempunyai sesuatu yang lebih atau hanya dengan sedikit kita berikan beberapa kepada orang yang lebih membutuhkan. Misal, aku akan mengatakan berbagi yang lebih berarti kepada orang yang tidak mampu. Dan ingat kata BERBAGI bukan berarti TRAKTIR. Berbagi bisa aku lakukan tanpa mengeluarkan uang sepeserpun namun traktir kita harus mempunyai uang untuk membelikan teman kita. Ingat BERBAGI tidak bisa dinilai dengan uang namun TRAKTIR setiap nilainya tak jauh dengan uang.

Buatku ulang tahun dan traktiran bisa berkorelasi saat kita mempunyai rizki lebih, tak ada salahnya traktiran. Tapi traktiran bukan merupakan suatu budaya yang mengikat kita.