Kamis, 09 Desember 2010

Jatuh cinta


Dari sejak lama aku mengenalnya, entah mengapa pesonanya baru sekarang memikatku. Si bundar yang dipermainkan oleh 20 manusia, tidak adil menurutku apalagi jika melihat tempat yang tersedia lebih dari sudut pandang kita. Capek ngeliatnya. Kalau si bundar menggelinding ke kanan kita harus mengikuti ke kanan begitu pula bila ke arah sebaliknya.

Baru minggu ini aku merasakan gelora yang menggebu-gebu saat melihatnya. Permainan ini menghipnotisku hingga merasakan gegap gempita di arena tersebut. Malu rasanya jika mengingat ucapan-ucapanku yang dulu rasanya tidak mungkin untuk mencintai permainan ini. Bukan! bukan karena wajah-wajah manusia yang mempermaikan si bundar. Namun ada aura lain yang menyelimutinya.

Kerjasama dan kepemimpinan ternyata berada di dalamnya. Tak kan ada teriakan GGOOOOLLLL jika kedua unsur tersebut tidak merasuki sekelompok yang berisi 11 manusia. Aku bisa mendapat banyak pelajaran dengan hanya melihatnya, diantara ketegangan, tekanan, dan harapan yang memuncak bagaimana mereka memasukkan kedua unsur yang kadang berlompatan tak stabil. Tidak hanya dibutuhkan tehnik, kemampuan dan bakat permainan. Kedua hal diatas yang membuatku jatuh cinta. Mencintai permainan ini dengan tidak menggila tentunya.

Awalnya karena ingin mencoba mencicipi semangat timnas yang sedang berlaga dengan malaysia. Sejak itu aku mulai menemukan keasyikan tersendiri. Tidak hanya berteriak GOL dan mengagumi ukiran kesempurnaan Tuhan yang diberikan melalui wajah-wajah manusia pembawa si bundar.

Saat ini aku tak hanya ingin melihatnya dari rentetan tulisan di twitter dan media namun aku ingin melihatnya dengan lebih jelas dan tak dengan angan-angan saja. Terima kasih ku buat timnas Indonesia, yang mengijinkan aku menilai tentang permainan yang awalnya membuat ku bosan karena lapangan yang terlalu luas.

Selamat untuk timnas Indonesia! Selamat berlaga diminggu depan. Bermainlah dengan kedua bahasa kerjasama dan kepemimpinan lagi. Semoga kau semakin membuatku merasakan jatuh cinta yang menggebu.